Rabu, 19 Juni 2019

Merajut Asa melalui DINUL ISLAM



Membentuk Group Rebana/Marawis “ DINUL ISLAM “
Membangun Syiar Islam dikalangan Generasi Muda
Desa Kertasari Kec. Haur Wangi Kab. Cianjur


Photo Bersama dengan Jajaran Pengurus saat setelah
Pernampilan di acara Khitanan Faizal Sukma Dijaya, Minggu 16 Juni 2019

Secara bahasa, rebana berasal dari kata Arab, yaitu rabbana yang berarti " TUHAN KAMI " Pengertian tersebut menunjukkan bahwa sarana ini biasa digunakan untuk menyerukan nama Allah SWT dalam bentuk doa-doa dan pujian yang dilantunkan,  tidak hanya itu sarana in juga digunakan untuk menyerukan nama Rasulullah SAW.

Secara istilah, rebana adalah sejenis alat kesenian tradisional yang terbuat dari kayu, dibuat dalam bentuk lingkaran dan di tengah-tengahnya dilubangi, kemudian di tempat yang dilubangi itu ditempeli kulit binatang, biasanya kulit kambing yang telah dibersihkan bulu-bulunya.

Biasanya rebana sering digunakan dalam kegiatan-kegiatan yang bernafaskan Islam dan banyak dipengaruhi oleh budaya Timur Tengah, selain itu pukulan tangan pada alat musiknya akan dapat menimbulkan bunyi yang enak didengar, alat musik ini digunakan dengan cara memukul tubuh kulitnya atau mengguncangkan lempengan-lempengan logamnya atau memukul bagian dari tubuh kulitnya sambil mengguncangkan untuk mendapatkan keduanya secara simultan.

Di Indonesia, rebana pertama kali diperkenalkan oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi pada abad ke-13 Masehi, pada awal masuknya Islam ke Indonesia tersebut, Habib Ali menggunakan rebana dalam rangka misi dakwah menyebarkan agama Islam, Ia memperkenalkan rebana dan kasidah dengan cara mendirikan majelis shalawat sebagai sarana kecintaan terhadap Rasulullah SAW.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas Yana Kusmawan seorang tokoh pemuda di Kp. Kertasari Kec. Haur Wangi Kab. Cianjur bersama Pembimbing pengajiaan di Mesjid DIYAUL YAASIIN Ustad Adang Suryana, bersama tokoh masyarakat Bapak E. Koswara dan Bapak H. Ubed berkumoul bersama untuk membentuk Group Nasyid atau Marawis dikalangan remaja mesjid sebagai wadah pembinaan kerohanian dan ini merupakan kesenian Islami dan menjadi kegiatan positif sehingga perlu dilestarikan untuk mengenal syair dan alat  musiknya,” ungkap Yana Kusmawan sebagai pemilik warung WP.


Bersama Ust. Adang Suryana Ia menyebut kegiatan positif kesenian ini berharap wilayah Desa Kertasari harus menjadi pusat kesenian Nasyid/Marawis. Maka pada tanggal 14 Juli 2017 di resmikan group Marawis ini bernama “ DINUL ISLAM “ , pemberian nama group ini diawali dengan “ DINUL “ yang berasal dari bahasa Arab “ ADDIN “ yang artinya AGAMA sedangkan ISLAM adalah agama yang di ridhoi Allah di sisi-Nya, ungkapnya.

Antusiasme masyarakat dan penerimaan masyarakat terhadap “ DINUL ISLAM “ khusus di Desa Kertasari Kec. Haur Wangi Kab. Cianjur sangat positif selama tampil sejak awal berkomitmen untuk mensyiarkan sholawat sehingga dalam penampilan tidak pernah meminta atau mematok bayaran, bahkan jika yang mengundang memberikan dalam bentuk uang maka disimpan sebagai uang kas untuk menambah dan pemeliharaan alat-alat yang sudah ada, ungkap Ust. Adang Suryana.

Beberapa kegiatan yang selalu mengundang “ DINUL ISLAM “ di antaranya kegiatan resepsi pernikahan, khitanan, pengajian, acara-acara nasional, pemberian nama anak serta acara-acara lainnya, group “ DINUL ISLAM “ untuk vocal inti masih dipercayakan kepada Indria Nurhasanah Suryana dan M. Afday Driandi Kusmawan di warnai dengan tausyiah singkat oleh Muhamad Akhmal Fryandi Kusmawan.

Menjelang Tahun Baru Islam 1 Muharam Pengurus “ DINUL ISLAM “ berinisiatif akan menyelenggarakan PARADDE MARAWIS atau PARADE NASYID sebagai ajang silaturahmi serta belajar antar group Marawis/Nasyid di tingkat Kecamatan Haur Wangi bekerjasama dengan unsur Muspika setempat,  semoga melalui group          “ DINUL ISLAM “ kami berharap tumbuh minat generasi muda pada kesenian Islami ini dan berkembang terutama untuk anak usia sekolah supaya terpanggil ingin belajar kesenian Islam ini sebagai upaya untuk memperkokoh nilai-nilai kerohanian sejak dini walaupun yang sementara ini Marawis atau Nasyid masih didominasi kaum laki-laki namun kini alahamdulilah di Desa Kertasari mulai banyak ditekuni dan dipelajari oleh para wanita. (PSI-1922 Jabar)

1 komentar: